Pilih Laman

Pada suatu masa di tahun 2008, di pedesaan Karang Tengah Desa Cipari, tepatnya di wilayah kulon dan wetan, belum terdapat jalan poros yang menghubungkan kedua bagian ini. Yang ada hanyalah jalan Kolonel Sugiyono yang mengitari daerah ini. Namun, di tengah keprihatinan akan keterbatasan aksesibilitas ini, munculah sebuah ide yang menakjubkan yang akan mengubah nasib dusun Karang Tengah.

Di tengah rawa dan area pembuangan air, terlintas pikiran untuk membuat sebuah jalan yang menghubungkan kedua bagian dusun tersebut. Ide ini tampaknya mustahil di mata banyak orang, karena medannya yang sangat sulit dan berat. Namun, seorang tokoh masyarakat yang bernama Agung Budiyono, yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), berani tampil di depan dengan tekad dan semangat yang luar biasa.

Pada awalnya, banyak masyarakat yang meragukan kemungkinan terwujudnya ide tersebut. Mereka meragukan apakah mungkin membuat jalan di tengah daerah rawa yang penuh dengan tantangan alam. Namun, Agung Budiyono tidak gentar menghadapi keraguan tersebut. Ia dengan tekad yang kuat dan semangat yang menggebu-gebu, berkomitmen untuk menjadikan impian tersebut menjadi kenyataan.

Agung Budiyono kemudian memimpin dan memotivasi masyarakat sekitar untuk bersama-sama berjuang. Mereka bekerja bahu membahu seperti pasukan Bandung Bondowoso yang membangun candi dalam legenda. Meskipun sulit, tantangan demi tantangan berhasil mereka taklukkan. Mereka merapatkan barisan dan bekerja dengan penuh dedikasi, seperti pasukan yang dipimpin oleh Agung Budiyono sendiri.

Inspirasi dari kepahlawanan

Sosok Pemberani

Tidak ada dana yang besar, namun dengan semangat gotong royong dan keinginan yang tulus, mereka berhasil mendapatkan anggaran dari PNPM Mandiri. Anggaran ini menjadi modal untuk merealisasikan pembangunan jalan yang akan mengubah nasib dusun Karang Tengah. Agung Budiyono pernah berkata bahwa jika pemerintah mau, pasti segala hal bisa terwujud.

Bertahun-tahun berlalu, dengan perjuangan dan kerja keras yang tak kenal lelah, akhirnya jalan itu selesai dibangun. Dan sebagai penghormatan kepada Agung Budiyono yang telah memimpin perjuangan tersebut, jalan itu diberi nama “Jalan Bechik Agung”. Nama ini memiliki makna yang dalam, sebagai simbol kebaikan yang diwujudkan melalui usaha dan dedikasi sosok Agung Budiyono.

Jalan Bechik Agung menjadi bukti nyata bahwa ketekunan, semangat, dan kerja keras bisa mengubah nasib suatu wilayah. Dari sebuah medan yang sulit dan tantangan yang besar, Agung Budiyono dan masyarakat Karang Tengah telah membuktikan bahwa segala hal mungkin terjadi jika ada tekad dan kerja sama yang kuat. Jalan ini tidak hanya menjadi sarana fisik yang menghubungkan kedua bagian dusun Karang Tengah, tetapi juga simbol inspiratif tentang bagaimana sebuah kebaikan bisa diwujudkan melalui perjuangan bersama.

( Skamto99 )

Bagikan Berita