Legenda Banyu asin
Dahulu kala, di sebuah desa indah yang terletak di kaki gunung, hiduplah sepasang kekasih yang sangat serasi, Tirta Asih dan Joko Bendala. Mereka adalah contoh sempurna dari cinta sejati. Saat berjalan bersama, mereka selalu memancarkan kebahagiaan dan kehangatan, sehingga desa mereka dikenal sebagai tempat cinta yang abadi.
Namun, takdir memiliki rencana lain untuk mereka. Suatu hari, desa mereka mendapat kabar bahwa negara mereka akan terlibat dalam perang yang besar. Joko Bendala dipanggil untuk berperang, meninggalkan Tirta Asih dengan hati yang berat. Mereka berjanji untuk selalu setia dan berjanji untuk kembali satu sama lain begitu perang selesai.
Tirta Asih setia menunggu Joko Bendala. Dia datang setiap hari ke tepi sungai yang indah, dikenal sebagai Cipari, tempat mereka sering berkumpul. Namun, setiap hari yang berlalu membawanya semakin dalam ke dalam kesedihan. Air mata yang tumpah dari matanya mengalir ke dalam sungai, dan seiring waktu, air sungai pun menjadi asin. Setiap air mata yang tumpah dari hatinya, sungai ini mengambilnya.
Masyarakat di sekitar desa mulai menyebut tempat ini sebagai Legenda “Banyu Asin” atau “Banyu Umbul,” yang berarti “Air Asin” atau “Mata Air Air Mata.” Mereka percaya bahwa air mata Tirta Asih telah berubah menjadi air asin di dalam sungai ini.
Selama bertahun-tahun, Tirta Asih terus menunggu Joko Bendala. Meskipun tidak pernah ada kabar tentang kepulangannya, dia tetap setia pada janjinya. Ceritanya menjadi legenda di desa, dan orang-orang percaya bahwa air mata tulusnya adalah yang membuat air sungai menjadi asin.
Tidak hanya itu, tetapi legenda ini juga menyebutkan bahwa terkadang, saat malam hari yang tenang, masyarakat desa melihat cahaya yang berkilauan di dalam air Banyu Asin. Mereka percaya bahwa itu adalah cahaya perhiasan dan perlengkapan pernikahan milik Tirta Asih dan Joko Bendala yang tenggelam bersama mereka. Barang-barang itu dianggap sebagai tanda cinta abadi mereka yang masih hidup dalam air mata asin ini.
Legenda Banyu Asin Cipari mengajarkan kita tentang cinta yang tulus dan setia, bahkan dalam kesulitan terbesar. Ini juga mengingatkan kita bahwa air mata kita, meskipun pahit, bisa menjadi sesuatu yang indah dan berharga, yang mungkin membuat sesuatu yang asin menjadi sesuatu yang berharga dalam kehidupan kita.
( Herni Susanti ) http://cipari.desa.id http://cipari.cilacapkab.go.id